Tadi malam tidurku kurang nyenyak. Orang yg tidur di samping
ku menghalangi tempat tidurku. Kalau bahasa banjarnya tuh “usik”. Yg lain pada
tidur membujur, dia malah menselonjorkan kakinya menghalagi ku. Akhirnya aku
hanya bisa melipat kakiku dan itu sangat membuatku merasa tidak nyaman untuk
tidur dengan posisi seperti itu terus-terusan. Untuk membangunkan dan meminta
orang itu memperbaiki posisi tidurnya, aku merasa tidak enak, terlebih aku
tidak terlalu mengenalnya. Satu bis sih, tapi bukan orang yg begitu dikenal dan
bukan pula tetangga ku.
Tadi malam aku juga sempat mencharge hp karena kebetulan
dekat tempat tidur ada colokan listrik yg nganggur. Padahal waktu di penginapan
di Gunung Pring aku juga sempat mencharge hp, tapi entah kenapa batreinya ngga
tahan lama. Sepertinya itu terjadi setelah waktu itu aku sempat mencharge hp di
dalam bis. Ngga tahu kenapa batreinya jadi cepet habis walaupun tidak aku
gunakan, koneksi inet juga aku matikan.
Well, karena udah ngga bisa tidur lagi, aku memutuskan untuk
mandi saja. Beberapa orang juga sudah ada yg terbangun, ada juga yg memilih
tidur lagi. Setelah mandi, aku rebahan lagi, siapa tahu bisa terlelap lagi
sebentar karena kurangnya tidurku malam itu. Tapi ternyata tetap tidak bisa. Akhirnya
subuh tiba. Setelah sholat subuh baru lah terasa ngantuk. Tapi orang-orang
sudah bersiap-siap untuk aktivitas selanjutnya hari ini.
Hari ini, kami akan ke Makam Bung Karno. Tapi sebelum ke
sana, ada kejadian unik pagi ini.
Seperti biasa, setelah sholat subuh (masing-masing),
bersiap-siap dan membereskan barang masing-masing, kami akan bergerak untuk
mencari sarapan. Tapi pagi ini kami ngga bisa kemana-mana. Pintu keluar di
gembok. Kami dikunci. Serasa di penjara. Ahaha… terlebih jendela juga
berjeruji.
Katanya nanti mereka (pihak penginapan) akan menyediakan sarapan. Pintu di
kunci karena takut penjual asongan ngelonyor masuk ke penginapan seperti
tadi malam dan keamanan barang jadi tidak terjaga. Sempat menunggu beberapa saat
dengan ditemani obrolan tentang kejadian itu (peristiwa dikuncinya kami semua),
hingga pada akhirnya sang pemilik mulai memberi tahu kalau sarapan sudah bisa
dibeli.
Takut tidak sesuai selera, aku minta mama memesan 1 porsi
saja untuk dinikmati berdua. Ternyata rasanya lumayan juga, dan setelah sekian lama
akhirnya aku bisa nikmatin ayam tepung lagi. Selama ini hanya ada ayam goreng
saja, aku tidak begitu suka.
Kami berjalan kaki menuju kawasan makam bung karno.
Cukup lama menunggu di sana lantaran 1) Makam belum dibuka
untuk pengunjung, 2) Museum nya juga masih tutup, 3) Ada acara yg mau
dilaksanakan sebagai penutupan tapi belum bisa di mulai lantaran ada yg masih
belum tiba di sana (mereka berkunjung ke suatu tempat). Cukup lama menunggu
mereka untuk akhirnya bergabung dengan kami.
Kami sempat berkeliling dulu melihat-lihat yg ada di sana.
Photo2 juga.
Acara penutupan dengan cuara terik pagi ini.
Ada syuting untuk penutupan. Oh iya, kegiatan kami ini
diabadikan oleh sebuah handy cam dengan seorang cameramen bernama Sayuti. Jadi
nanti bakal ada videonya yg akan dibagikan ke masing-masing dari kami dalam
bentuk CD.
Setelah itu, ada pembagian door prize.
Kemudian salam-salaman.
Ustadz yg membimbing perjalanan ini ada : Ust.Fahri,
Ust.Karim, Guru Ma’mun, Ust.Sani.. mungkin ada yg lain tapi aku tidak tahu
namanya.
Well, abis acara penutupan selesai, barulah kami berkunjung
ke Museum Bung Karno. Setelah itu baru berziarah ke makam. Ada banyak orang yg
sudah stanby di sana.
Di makam itu juga ada beberapa foreigner. Hanya rombongan
kami yg kebetulan lagi pakai baju seragam batik di antara para peziarah
lainnya, sehingga menarik perhatian mereka. Karena keramahan atau justru
ke”udikan” sebagian besar dari kami, berebutlah untuk minta foto bareng
dengannya. Dia senang-senang saja. Malah dia juga minta diphotokan dengan camera
miliknya. Aku tidak ikut berdesakan karena merasa gerah dengan cuaca yg terik
dan kebetulan pakai baju berlapis juga. Hufh.
Si mister yg berpostur tinggi besar itu membuat orang2 kami
jadi terlihat cebol-cebol dah. Hihihi…
Untuk keluar dari kawasan makam, kita harus menempuh jalur
yg berbeda dari jalan masuk tadi. Kita di arahkan untuk melewati pasar. Ada yg
berjualan barang-barang kerajinan tapi lebih banyak yg berjualan baju-baju dan
sebagainya. Setelah keluar dari wilayah itu, aku dan mama naik becak untuk
mencapai penginapan kami tadi malam.
Sesampainya di sana, aku merasa haus dan mengajak mama untuk
mencari minum. Ada yg berjualan di seberang jalan. Kami ke sana. Aku memesan es
teh dan mama teh hangat. Setelah menghilangkan dahaga, kami menyeberang lagi.
Menuju penginapan dan mengeluarkan koper yg sebelumnya tadi pagi di masukkan di
kamar, untuk dibawa ke bagasi bis.
Setelah itu, karena yg lain belum pada ngumpul semua, aku dan
mama berjalan-jalan di sekitar situ. Sempat berbelanja sedikit. Beli buah juga.
Bingung ngupasnya gimana nanti, mama sempat mau membeli pisau si penjual buah,
tapi dia menolak karena memang bukan untuk dijual. Alhasil, mama pinjem dan
mengupas buah (apel) di situ saja.
Bertolak dari Blitar, kami menempuh perjalanan menuju Bangil
untuk berziarah ke Makam K.H. Syarwani Abdan. Seorang ulama dari Kalimantan
Selatan yg ditugaskan untuk berdakwah di sana oleh guru beliau semasa hidupnya.
Di situ kami sholat Jamak takhir, djuhur ashar. Baru kemudian berziarah.
Dari situ baru kemudian kami menuju Madura.
Madura, artinya harus melewati Jembatan Suramadu. Untuk
kedua kalinya aku melewati jembatan itu dan lagi-lagi hanya menikmati suramadu
di malam hari. Hufh. Tapi ada yg bilang Suramadu lebih indah dinikmati di malam
hari lantaran ada lampu-lampu yg berubah-ubah warna itu. Tapi sayangnya ngga bisa
melihat selat yg dilalui deh. Cukup liat saat di pesawat aja ternyata. Okey.
Di Madura, kami sholat magrib dan isya dulu baru kemudian
ziarah ke Makam Syekh Kholil yg terletak di bagungan yg sama dengan masjid.
Abiz itu baru cari makan. Madura selain terkenal dengan karapan sapinya, juga
dengan satenya. Di kampungku, sate yg dibuat oleh orang Madura lebih enak
dibanding yg lain (selera). Pesan sate di salah satu penjual yg ada di sana,
ternyata rasanya hambar. Upsh. Diluar prediksi. Lagi-lagi soal selera. Okey,
karena satenya belinya udah dibungkus pake kertas juga, beli minum (teh) pun
juga diplastikin jadi sekalian aja di simpen buat di bawa ke bis.
Dari Bangkalan Madura, perjalanan dilanjutkan menuju
Penginapan di Ampel. Penginapan yg sama dengan malam pertama kami di Surabaya.
Aku dan mama masih menempati posisi yg sama.
Dan besok acara bebas. Mau kemana kita besok?!Hmm....
Tidur dulu aja deh. Hehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar