Mimpi
Rencana
Usaha
Nyata
Semua Berproses
Sukses buat para dreamers







Sabtu, 17 November 2012

Dari Makam Sang Proklamator hingga Madura


Tadi malam tidurku kurang nyenyak. Orang yg tidur di samping ku menghalangi tempat tidurku. Kalau bahasa banjarnya tuh “usik”. Yg lain pada tidur membujur, dia malah menselonjorkan kakinya menghalagi ku. Akhirnya aku hanya bisa melipat kakiku dan itu sangat membuatku merasa tidak nyaman untuk tidur dengan posisi seperti itu terus-terusan. Untuk membangunkan dan meminta orang itu memperbaiki posisi tidurnya, aku merasa tidak enak, terlebih aku tidak terlalu mengenalnya. Satu bis sih, tapi bukan orang yg begitu dikenal dan bukan pula tetangga ku.

Tadi malam aku juga sempat mencharge hp karena kebetulan dekat tempat tidur ada colokan listrik yg nganggur. Padahal waktu di penginapan di Gunung Pring aku juga sempat mencharge hp, tapi entah kenapa batreinya ngga tahan lama. Sepertinya itu terjadi setelah waktu itu aku sempat mencharge hp di dalam bis. Ngga tahu kenapa batreinya jadi cepet habis walaupun tidak aku gunakan, koneksi inet juga aku matikan.

Well, karena udah ngga bisa tidur lagi, aku memutuskan untuk mandi saja. Beberapa orang juga sudah ada yg terbangun, ada juga yg memilih tidur lagi. Setelah mandi, aku rebahan lagi, siapa tahu bisa terlelap lagi sebentar karena kurangnya tidurku malam itu. Tapi ternyata tetap tidak bisa. Akhirnya subuh tiba. Setelah sholat subuh baru lah terasa ngantuk. Tapi orang-orang sudah bersiap-siap untuk aktivitas selanjutnya hari ini.

Hari ini, kami akan ke Makam Bung Karno. Tapi sebelum ke sana, ada kejadian unik pagi ini.
Seperti biasa, setelah sholat subuh (masing-masing), bersiap-siap dan membereskan barang masing-masing, kami akan bergerak untuk mencari sarapan. Tapi pagi ini kami ngga bisa kemana-mana. Pintu keluar di gembok. Kami dikunci. Serasa di penjara. Ahaha… terlebih jendela juga berjeruji.
Katanya nanti mereka (pihak penginapan) akan menyediakan sarapan. Pintu di kunci karena takut penjual asongan ngelonyor masuk ke penginapan seperti tadi malam dan keamanan barang jadi tidak terjaga. Sempat menunggu beberapa saat dengan ditemani obrolan tentang kejadian itu (peristiwa dikuncinya kami semua), hingga pada akhirnya sang pemilik mulai memberi tahu kalau sarapan sudah bisa dibeli.
Takut tidak sesuai selera, aku minta mama memesan 1 porsi saja untuk dinikmati berdua. Ternyata rasanya lumayan juga, dan setelah sekian lama akhirnya aku bisa nikmatin ayam tepung lagi. Selama ini hanya ada ayam goreng saja, aku tidak begitu suka.

Kami berjalan kaki menuju kawasan makam bung karno.
Cukup lama menunggu di sana lantaran 1) Makam belum dibuka untuk pengunjung, 2) Museum nya juga masih tutup, 3) Ada acara yg mau dilaksanakan sebagai penutupan tapi belum bisa di mulai lantaran ada yg masih belum tiba di sana (mereka berkunjung ke suatu tempat). Cukup lama menunggu mereka untuk akhirnya bergabung dengan kami.
Kami sempat berkeliling dulu melihat-lihat yg ada di sana. Photo2 juga.


Acara penutupan dengan cuara terik pagi ini.
Ada syuting untuk penutupan. Oh iya, kegiatan kami ini diabadikan oleh sebuah handy cam dengan seorang cameramen bernama Sayuti. Jadi nanti bakal ada videonya yg akan dibagikan ke masing-masing dari kami dalam bentuk CD.
Setelah itu, ada pembagian door prize.
Kemudian salam-salaman.
Ustadz yg membimbing perjalanan ini ada : Ust.Fahri, Ust.Karim, Guru Ma’mun, Ust.Sani.. mungkin ada yg lain tapi aku tidak tahu namanya.

Well, abis acara penutupan selesai, barulah kami berkunjung ke Museum Bung Karno. Setelah itu baru berziarah ke makam. Ada banyak orang yg sudah stanby di sana.
Di makam itu juga ada beberapa foreigner. Hanya rombongan kami yg kebetulan lagi pakai baju seragam batik di antara para peziarah lainnya, sehingga menarik perhatian mereka. Karena keramahan atau justru ke”udikan” sebagian besar dari kami, berebutlah untuk minta foto bareng dengannya. Dia senang-senang saja. Malah dia juga minta diphotokan dengan camera miliknya. Aku tidak ikut berdesakan karena merasa gerah dengan cuaca yg terik dan kebetulan pakai baju berlapis juga. Hufh.
Si mister yg berpostur tinggi besar itu membuat orang2 kami jadi terlihat cebol-cebol dah. Hihihi…

Untuk keluar dari kawasan makam, kita harus menempuh jalur yg berbeda dari jalan masuk tadi. Kita di arahkan untuk melewati pasar. Ada yg berjualan barang-barang kerajinan tapi lebih banyak yg berjualan baju-baju dan sebagainya. Setelah keluar dari wilayah itu, aku dan mama naik becak untuk mencapai penginapan kami tadi malam.

Sesampainya di sana, aku merasa haus dan mengajak mama untuk mencari minum. Ada yg berjualan di seberang jalan. Kami ke sana. Aku memesan es teh dan mama teh hangat. Setelah menghilangkan dahaga, kami menyeberang lagi. Menuju penginapan dan mengeluarkan koper yg sebelumnya tadi pagi di masukkan di kamar, untuk dibawa ke bagasi bis.
Setelah itu, karena yg lain belum pada ngumpul semua, aku dan mama berjalan-jalan di sekitar situ. Sempat berbelanja sedikit. Beli buah juga. Bingung ngupasnya gimana nanti, mama sempat mau membeli pisau si penjual buah, tapi dia menolak karena memang bukan untuk dijual. Alhasil, mama pinjem dan mengupas buah (apel) di situ saja.

Bertolak dari Blitar, kami menempuh perjalanan menuju Bangil untuk berziarah ke Makam K.H. Syarwani Abdan. Seorang ulama dari Kalimantan Selatan yg ditugaskan untuk berdakwah di sana oleh guru beliau semasa hidupnya. Di situ kami sholat Jamak takhir, djuhur ashar. Baru kemudian berziarah.
Dari situ baru kemudian kami menuju Madura.

Madura, artinya harus melewati Jembatan Suramadu. Untuk kedua kalinya aku melewati jembatan itu dan lagi-lagi hanya menikmati suramadu di malam hari. Hufh. Tapi ada yg bilang Suramadu lebih indah dinikmati di malam hari lantaran ada lampu-lampu yg berubah-ubah warna itu. Tapi sayangnya ngga bisa melihat selat yg dilalui deh. Cukup liat saat di pesawat aja ternyata. Okey.
Di Madura, kami sholat magrib dan isya dulu baru kemudian ziarah ke Makam Syekh Kholil yg terletak di bagungan yg sama dengan masjid. Abiz itu baru cari makan. Madura selain terkenal dengan karapan sapinya, juga dengan satenya. Di kampungku, sate yg dibuat oleh orang Madura lebih enak dibanding yg lain (selera). Pesan sate di salah satu penjual yg ada di sana, ternyata rasanya hambar. Upsh. Diluar prediksi. Lagi-lagi soal selera. Okey, karena satenya belinya udah dibungkus pake kertas juga, beli minum (teh) pun juga diplastikin jadi sekalian aja di simpen buat di bawa ke bis.
Di bis aku hanya menghabiskan satenya dan nyuekin ketupatnya. Maaf ya… :’(



Dari Bangkalan Madura, perjalanan dilanjutkan menuju Penginapan di Ampel. Penginapan yg sama dengan malam pertama kami di Surabaya.
Aku dan mama masih menempati posisi yg sama.
Dan besok acara bebas. Mau kemana kita besok?!
Hmm....
Tidur dulu aja deh. Hehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar